INFO PEMESANAN: SILAHKAN DOWNLOAD GRATIS - EMAIL skripsitesismu@gmail.com - SILAHKAN DOWNLOAD GRATIS - EMAIL skripsitesismu@gmail.com - DOWNLOAD GRATIS

KHITAN MENURUT PANDANGAN KRISTIANI DAN ISLAM (Studi Komparatif Kristen Dan Islam)

ABSTRAK
Sebagai sebuah ritual suci keagamaan, khitan dilakukan pertama kali oleh Ibrahim atas perintah Allah. Khitan ini menandakan adanya sikap penyerahan diri seutuhnya dan ketaatan kepada Allah yang telah ditunjukkan oleh Ibrahim. Ketaatan Ibrahim kepada Allah inilah yang menjadi alasan Ibrahim disebut kekasih Allah.
Kisah Ibrahim mengantarkan kita pada pokok ajarannya, yang sekarang dikenal dengan istilah tradisi agama Ibrahim. Menurut Al-Qur’an, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi ataupun Kristen, melainkan Ibrahim adalah seorang yang Hanif dan Muslim.
Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan khitan baik dalam agama “Kristen” maupun dalam Islam. Nasrani (Kristen) dan Islam adalah agama-agama yang mempunyai akar yang sama yakni, bertauhid kepada Allah. Nabi Ibrahim adalah tokoh spiritual yang taat kepada Allah lagi lurus (hanif). Ibrahim selalu dijadikan dasar keimanan dalam teologi kedua agama ini dan masing-masing mengklaim sebagai “umat” yang sah pewaris keimanan Ibrahim.
Untuk mendapatkan pengakuan sebagai “umat” Ibrahim, dituntut adanya korelasi “tradisi” dengan Ibrahim. Korelasi tradisi inilah yang menyatukan kedua agama dalam satu kelompok umat pewaris iman Ibrahim. Karena khitan merupakan tradisi atau warisan yang diturunkan dari Ibrahim, maka tradisi khitan mesti ada dalam kedua agama dan diwariskan sampai saat ini. Sebab, khitan sebagai bentuk ritual pengorbanan Ibrahim kepada Allah pada dasarnya mengikat pula keturunannya (Kristen dan Islam).
Umat Islam sampai hari ini masih mempertahankan tradisi khitan tersebut. Bagi umat islam, khitan juga dimaknai sebagai ritual inisiasi atau pengislaman. Hal ini nampak dalam pernyataan: Orang yang masuk Islam harus dikhitan jika belum dikhitan. Orang Islam tidak pernah melupakan khitan. Sebagai umat Ibrahim, tradisi khitan ini terus hidup dalam kehidupan umat Islam.
Hal ini tidak berlaku bagi umat Kristiani. Dalam hidup hariannya, umat Kristiani tidak lagi memandang khitan sebagai tradisi yang perlu diwariskan. Warisan suci Ibrahim ini terputus dalam kehidupan umat Kristiani. Keterputusan ini memiliki kisahnya sendiri. Keterputusan ini dapat kita bingkai dalam perjalanan penyebaran ajaran Kristiani ke luar bangsa Yahudi.
Paulus, seorang Rasul umat Kristiani, kiranya menjadi tokoh yang penting dalam peristiwa keterputusan khitan ini. Dialah Rasul yang dengan gigih memperjuangkan penghapusan khitan. Bagi dia, yang menyelamatkan bukanlah khitan melainkan iman akan Kristus. Sidang di Yerusalem (Kis15; Gal 2), yang dihadiri Paulus dan para Rasul di bawah pimpinan Petrus memutuskan ketegangan: “Apakah orang-orang kafir perlu disunat untuk menjadi kristiani atau tidak?” Sidang ini akhirnya menghasilkan keputusan bahwa orang-orang kafir tidak perlu disunat.
Keputusan ini menjadi titik tolak perbedaan umat kristiani dengan Islam dalam hal kesetiaan kepada tradisi Ibrahim. Khitan yang menjadi warisan bagi keturunan Ibrahim ternyata dilupakan oleh kaum kristiani, yang juga adalah keturunannya.
DOWNLOAD DISINI